Agenda Ganesha, bekerjasama dengan LPKSDA dan IA-ITB Jakarta menggelar sesi siaran langsung bertajuk ‘Embrace Uncertainty: Ultimate Survival Kit in Next Normal’ yang merupakan episode pertama dari seri podcast ‘Podcast Sinergi – Fresh Graduates Series’. Acara yang disiarkan langsung pada Selasa (02/05) malam di kanal Youtube resmi Ikatan Alumni ITB ini digagas sebagai wadah berbagi pengalaman dari alumni senior ITB kepada para fresh graduate dan mahasiswa tingkat akhir di ITB seputar dunia karir dan kewirausahaan.

Pada episode pembuka ini, Arya Sinulingga (SI’89) yang menjabat sebagai Staf Ahli Menteri BUMN dan Sekjen PP IA-ITB dihadirkan sebagai narasumber. Arya didampingi oleh Stanno Yudha Putra (SI’02 / Dir. Eksekutif IA-ITB Jakarta) dan Fariz Agung (PL’15 / Deputi Sinergi Agenda Ganesha) sebagai pemantik diskusi dan moderator.

Sesi diskusi dibuka dengan mengangkat kisah perjalanan Arya dalam merantau ke Bandung untuk berkuliah di ITB. Ia mengungkapkan bahwa dirinya telah aktif berorganisasi sejak SMA, antara lain di OSIS dan Pecinta Alam. Jiwa aktivisme tersebut terus berlanjut saat kuliah, didukung dorongan dari ayahnya yang juga berlatar aktivis. Lebih lanjut Arya mengungkapkan, kuncinya menyeimbangkan kuliah dan aktivitas organisasi adalah disiplin dalam manajemen waktu.

Menjelang lulus, ia mulai merintis usaha sebagai konsultan sipil dan mencapai omset di atas Rp. 1 miliar di tahun pertamanya. Sepak terjangnya berlanjut dengan mengisi beberapa posisi, antara lain sebagai GM di korporasi media hingga akhirnya menjadi Staf Ahli Menteri BUMN. Mengenai perjalanan karirnya, Arya melihat bahwa pada setiap fase yang Ia lewati merupakan kesempatan pembelajaran baru.

Mengenai sepak terjangnya tersebut, Stanno selaku moderator menanyakan tips bagi alumni muda dalam mempersiapkan karir masa depan mereka. Arya mengungkapkan meski setiap mahasiswa ITB pada dasarnya unggul secara intelektual, tetapi keberhasilan karir setiap orang akan berbeda-beda. Faktor penentunya adalah penguasaan softskill, yaitu antara lain kemampuan bekerjasama, menahan ego pribadi, kedisiplinan waktu.

“Softskill ini yang kita dapatkan di kampus. (Antara lain) networking, manajemen waktu, komunikasi, kemampuan kita memotivasi. Orang pintar seringkali tidak bisa bekerjasama dalam tim, merasa paling hebat sendiri. Akhirnya tidak mampu menggerakkan orang lain dan bekerjasama.”, paparnya.

Fariz mengungkapkan hasil Tracer Study Lulusan ITB yang menunjukkan bahwa rata-rata masa tunggu wisudawan ITB hingga diterima di pekerjaan pertamanya adalah 3 bulan, bahkan ada 17% yang mendapat pekerjaan lebih dari 6 bulan setelah lulus. Mengenai hal ini, Fariz meminta tips agar masa tunggu ini dapat diminimalisir. Menjawab hal ini, Arya mengungkapkan bahwa magang bisa menjadi solusi yang tepat bagi masalah ini.

“Selama kita mahasiswa, carilah peluang magang. Mintalah ke senior-senior yang kantornya memungkinkan untuk magang, bahkan kalau perlu tidak digaji. Biasanya, jika kita bisa menunjukkan kinerja yang bagus, maka kita dapat lebih dipertimbangkan saat rekrutmen karyawan.” ungkap Arya. Lebih lanjut ia menambahkan, “Sebagai perbandingan, jika kamu 6 bulan diam di rumah, maka waktu itu hilang begitu saja tanpa mendapat pengalaman apapun. Sedangkan jika digunakan untuk magang, meski tak digaji kita akan dapat pengalaman kerja, jaringan, rutinitas yang akhirnya memperbesar peluang.”.

Sebagai penutup, Arya memberikan saran agar alumni muda harus dinamis, menciptakan momentum dan bersikap adaptif dengan setiap perubahan situasi lingkungan di sekitarnya.

Rekaman Podcast Sinergi – Freshgraduates Series Ep. 1 dapat diakses di http://youtu.be/rHpY3z6wmqc

Penulis: Ardian Perdana Putra